Wednesday, August 20, 2014

Ketika Tiba Musimnya Jatuh Cinta



gambar dari google


Halo, apa kabar tuan yang pada hari minggu lalu duduk berhadapan denganku?

Bulan ini bulan Agustus. Sepertinya sudah tiba musimnya jatuh cinta. Tidakkah tuan ingin jatuh cinta lagi? Sejak pertama bertemu tuan, nona merasa begitu jatuh cinta.

***



Matahari baru saja tenggelam. Sepanjang jalan tampak kerlip lampu mengedip-ngedip lucu. Di sebuah cafe, aku menunggumu di salah satu sudut ruangan. Bosan.


Teh pesananku sudah habis ku sesap sambil sesekali memeriksa layar ponselku. Menunggu kabar darimu.


Namun tak ada kabar.


Memasuki cangkir yang kedua. Aku gelisah sepanjang waktu. Berulang kali melongok keluar jendela. Berharap kamu cepat datang. Teh dalam cangkirku hampir dingin.


Jangan-jangan kamu sengaja ingin membuatku menunggu. Huh!


Bip...bip." rupanya ponselku berbunyi.


Dengan gugup kuperiksa kembali layar ponselku. Isinya sebuah pesan singkat, “Tunggu, ya. Lagi di jalan.”


Aku memucat. Mendadak tanganku berubah dingin. Bukankah ini yang sejak tadi aku tunggu? Dan...ya Tuhan! Seperti apa rupaku sekarang? Apakah rambutku berantakan? Bagaimana dengan maskara-ku? Kuharap sih, tidak luntur.


Tiba-tiba aku merasa ngeri membayangkan pertemuanku denganmu. Akan seperti apa rasanya berbagi meja ini denganmu? Seperti apa rasanya bertatap muka denganmu, melihat jelas warna bola matamu atau bentuk hidungmu?


Dan...senyum-mu, semoga saja tidak sampai membuatku sakit gigi.


Lalu kamu datang dari arah pintu. Tersenyum dan menujuku.


Duh, aku deg-degan!