Satu-satunya hal yang Ganang sukai adalah saat hujan turun. Hujan berarti rizki untuk Ganang dan emaknya yang sedang sakit. Paling tidak saat hujan turun Ganang dan emaknya bisa makan.
Ganang adalah bocah berusia sembilan tahun yang biasa membantu emaknya mengais rupiah sebagai penjual gorengan di terminal dekat
rumah sebagai ojek payung. Kalau ditanya, Ganang jelas tidak mau
terus-terusan jadi ojek payung. Cita-citanya adalah menjadi astronot, pilot, Superman atau apapun yang bisa terbang.
Tapi hari ini Ganang jelas tidak punya pilihan.
Berbekal sebuah payung warna-warni, Ganang dan anak-anak sesama ojek
payung berhamburan menuju terminal dan mulai menawarkan jasa ojek payung mereka. Bak Superhero, mereka melindungi calon penumpang yang hendak naik bus tanpa memperdulikan badan mereka yang basah kuyup diguyur hujan.
“Payungnya Bu, Pak? Bayar seikhlasnya aja Bu, Pak” teriak
Ganang lantang. Diteriakkannya berkali-kali. Baru tujuh ribu uang yang dikantonginya.
Tidak akan cukup untuk membeli beras dan obat buat emak.
Ganang tidak perduli walau suaranya timbul tenggelam
dikalahkan suara hujan. Bagaimanapun, hal itu tidak akan bisa
melampaui semangat Ganang untuk membantu emak. Ganang kembali teringat akan emaknya di
rumah. Obat yang dia belikan dari warung dekat rumah nyatanya tidak bisa
menurunkun panas demam emak. Sementara obat yang dijual di apotek cukup mahal. Meski
bisa membeli obat, namun tidak akan ada apapun yang bisa disantap untuk mengganjal
perut keduanya.
Ganang hanya berharap semoga hujan kali ini tidak
pergi buru-buru.
15.05 WIB, 10 Januari, 2017.
Ditulis di Terminal Purabaya Bungurasih
-- saat hujan turun dan seorang anak datang menawarkan payung.