Ada kejadian aneh sepulang saya
dari kampus hari ini. Berawal dari enam mahasisa (termasuk saya) yang baru saja
menyudahi makan pagi di cafeteria UB memutuskan untuk berpisah (bukan dalam
arti sebenarnya). Empat teman mahasisa saya, salah satunya bernama Mawar (nama
disamarkan) kemudian pergi jalan-jalan ke Matos. Sedang saya dan salah seorang
teman mahasisa saya yang tersisa, sebut saja Cahya (bukan nama sebenarnya)
menyamar jadi mahasiswa. Yah, hari itu kami berdua menolak ajakan teman-teman
jalan-jalan ke Matos untuk bertandang ke Perpustakaan. Catat sekali lagi;
Perpustakaan.
Kalau bukan karena deadline tugas yang semakin mepet
sebenarnya saya sih malas ke Perpus. Tapi ya sudahlah. Sekali lagi anggap saja
ini adalah bagian dari kodrat hidup yang harus saya jalani. Puk-puk. Lagipula saya percaya bahwa
selalu ada hikmah di balik setiap musibah. Dan ternyata benar. Kurang dari sepuluh
menit kami di perpustakaan, berlagak jadi mahasiswa, teman saya mengeluh
perutnya mulas. Pikir sendiri kenapa. Beberapa menit selanjutnya kami menuju
pintu keluar, lurus ke area parkir, ambil motor, pulang.
“.......”
Dari fakultas saya menuju ke
tempat kos, kami harus ambil jalan memutar mengelilingi lapangan rektorat lalu
melewati fakultas hukum. Stop. Kita pause dulu ceritanya sampai disini. Sebelum
saya melanjutkan, saya mau menceritakan teman mahasisa saya dulu yang bernama
Mawar. Tenang saja teman saya yang satu ini tidak ada hubungannya dengan
Marwan. Tahu Indra Widjaya? Anak hukum UB yang gagal masuk babak spektakuler
Indonesian Idol 2012 yang kemudian jadi penulis dadakan dengan bukunya yang
berjudul ‘Idol Gagal’? Coba searching di google atau buka blognya di sini untuk keterangan lebih lengkap. Tapi apa hubungannya dengan Mawar? Nah, si
Mawar ini ngefans banget sama si
Indra Widjaya. Saya sebenarnya juga sih. Tapi saya lebih tertarik dengan kisah
hidup yang dia tulis dalam bukunya. Inspiring
kalau saya bilang. Lebih ngegemesin daripada rambut kribonya. Saya juga sering
mengalami bermacam-macam bentuk kegagalan, tapi bukan berarti saya harus
berhenti. Ini kenapa saya jadi cerita tentang diri saya sendiri?
Oke, cukup. Balik ke cerita awal.
Dalam perjalan pulang yang panjang dan berliku-liku melewati lapangan rektorat
itu, saya dan Cahya kemudian melaju melewati fakultas hukum. Di antara deretan
mobil-mobil yang di parkir didepan fakultas, saya secara tidak sengaja melihat
sesosok makhluk kribo tiba-tiba nyempil disana. Benar saja dugaan saya kalau
itu Indra Widjaya si ahli gagal yang belakangan sering digembar-gemborkan. Jangan
salahkan saya atau mata saya. Bukan salah mata saya melihat. Salahkan rambut
kribonya yang mecolok itu.
Saya jadi langsung kepikiran
teman mahasisa saya, Mawar. Dengan sigap saya mulai menekan tuts hp dan
mengirimkan sms yang kira-kira isinya begini:
“SAYA KETEMU INDRA WIDJAYA DEPAN FAKULTAS HUKUM!! GANTENG BEH!! LEBIH GANTENG
ASLINYA DARIPADA YANG ADA DI FOTO!! HIDUNG SAMA RAMBUT KRIBONYA NYOLOT ABIS!!”
(Sengaja saya bikin heboh dengan
mengetik huruf kapital dan tanda seru dimana-mana)
Tidak lama Hp saya bunyi. Sms dari
Mawar:
“KAMPRET LU, NDAH! L Ngapain ke fakultas
hukum segala sih kamu?”
(Belum apa-apa saya sudah
didamprat kampret)
Saya pun kemudian mengirim sms
balasan:
“Cahya kebelet boker. Dia ngajakin cepet-cepet pulang tadi. Kita lewat
depan fakultas hukum. Kemudian saya lihat cowok kribo, nggak tinggi-tinggi
banget pakai kaos item. Saya bilang sama Cahya kalau itu Indra Widjaya. Padahal
sebenernya saya Cuma asal ngomong. Abis saya ngelihatnya dari belakang sih. Cuma
bisa lihat punggungnya doang. Eh, pas motor Cahya jalan ngelewatin itu anak,
saya ngelirik lagi. EH, LAH KOK BENERAN INDRA WIDJAYA. Saya Cuma melongo
beberapa detik. Maunya sih ngajakin Cahya berhenti dulu. Siapa tau bisa dapat
foto. Tapi nggak jadi, kasihan muka Cahya udah keringetan nahan e’ek yang udah mau
keluar.”
Dalam hati saya cekikikan
membayangan Mawar teriak kampret berkali-kali. “HAHAHA Makan itu kampret!”.
Mawar, maafin Indah, ya? :’)