Sunday, November 18, 2012

Evolution




Sejak kecil saya memang pemalu. Terlalu pemalu untuk disebut sebagai pemalu. Apalagi saya sudah berhenti menggambar. Saya merasa kosong. Selain dongeng yang diceritakan nenek, saya sudah tidak punya apa-apa lagi. Nenek mulai kehabisan kisah-kisah dongengnya. Saya jadi sebal sendiri. Saya mulai mencari sesuatu yang lain untuk menutupi kekosongan saya. Dari sanalah saya berjodoh dengan yang namanya buku.

Buku pertama yang saya lihat adalah buku bergambar. Gambarnya lucu-lucu. Saya menyukainya. Karena belum bisa membaca, saya mulai berkhayal. Saya merangkai-rangkai sendiri ceritanya menurut versi saya; menurut apa yang saya sukai. Hingga saya sampai di titik dimana saya lelah merangkai dan menerka-nerka cerita di balik gambar-gambar yang saya lihat. Sayapun merajuk untuk diajari membaca. Hal ini kemudian membuat saya menjadi satu-satunya anak yang paling lancar membaca di kelas (saat itu saya masih TK).

Saya mulai jatuh cinta pada buku. Namun kegilaan saya pada buku hanya terbatas pada buku cerita dan dongeng. Saya tidak mau membaca yang lain lagi. Orang tua saya mulai membelikan saya buku setiap minggu. Rak-rak dan lemari penuh koleksi buku cerita dan dongeng belum cukup memuaskan saya. Semua sudah habis dibaca. Bahkan ada beberapa yang sudah tiga sampai lima kali dibaca.

Orang tua saya adalah guru Sekolah Dasar. Masih karena penyakit malu saya, saya bersekolah di tempat ibu mengajar. Hanya saja penyakit malu saya sudah tidak sekronis dulu. Menjadi anak salah seorang guru disana membuat saya jadi sedikit ditakuti oleh teman-teman sebaya saya. Saya jadi suka seenaknya sendiri. Saya suka mengancam akan mengadukan pada ibu terhadap siapa saja anak yang melawan. Percayalah selama tiga tahun belakangan dari putri malu saya berubah jadi anak serigala kurang ajar. Hanya saja ibu tidak tahu.

Masih tentang kecintaan saya pada buku cerita dan dongeng. Kekurang-ajaran saya tidak hanya terbatas sampai disana. Sesekali saya pergi ke perpustakaan sekolah. Mencari buku-buku cerita baru, mengambilnya, menyembunyikannya, lalu membawanya pulang untuk kemudian dibaca di kamar sambil menghisap permen. Tentu saja tanpa sepengetahuan ibu.

Tbc...

No comments:

Post a Comment