Tuesday, December 11, 2012

Beginilah kodrat yang harus saya jalani...



Menurut teori Indra Widjaya, si ahli gagal dalam bukunya berjudul 'Idol Gagal', kelompok anak kuliahan dibagi menjadi dua jenis; Mahasiswa dan Mahasisa. Saya pun mutlak, otomatis, tidak diragukan, dan tanpa pertimbangan apapun akan langsung digolongkan dalam kelompok yang kedua; Mahasisa. Pffftttt~

Ketika berada didalam kelas, duduk, absen, kedip-kedip, bengong, melirik jam sambil menguap sesekali adalah rutinitas harian saya selama ada di kampus. Sudah tidak ada hal lain lagi yang saya lakukan dalam kelas selain seperti apa yang saya sebutkan di atas. Maklumi saja, menjadi Mahasisa juga merupakan kodrat yang harus saya jalani.

Tetapi segala sesuatunya berubah sejak dia datang dalam hidup saya. Memenuhi kepala saya yang sudah kelamaan kosong karena kebanyakan bengong. Sebenarnya siapa dia? Baiklah, sebut saja Bunga. Ah, tidak. Jangan. Nama Bunga tidak cocok untuknya. Sebenarnya saya tidak tahu namanya. Entah saya benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu, hanya Tuhan dan saya yang tahu. Biar itu jadi urusan antara saya dan Tuhan. Yang lain minggir teruskan membaca dengan tenang dan penuh penghayatan.

Kami baru bertemu saat kami sama-sama ada di semester tujuh. Dari delapan mata kuliah yang saya ambil di semester ini, lima diantaranya, kami mengambil kelas yang sama. Saya jadi terbiasa bertemu dengan dia sampai tidak sadar kalau saya sering memperhatikan dia dari jauh. Saya juga baru sadar kalau rambutnya yang berjambul itu mirip Matt Damon. Memang sejak kapan Matt Damon berjambul? Entahlah, yang jelas saya suka menyebut dia mirip Matt Damon daripada Elvis Presley.

Karena penyakit kanker malu saya yang lumayan kronis kambuh lagi, saya hanya bisa pasrah memandangi dan mengagumi jambulnya dari jauh. Sungguh ironis. Terlebih saat salah seorang teman saya dengan terang-terangan berani mengakui bahwa ia juga menyukai Matt Damon nya. Saya terharu terpukul sekali mendengarnya. Bagaimana mungkin? Ternyata selama ini kami menyukai orang yang sama. Seperti cerita dalam sinetron ya? Tapi tidak! Cerita saya bukan cerita sinetron. Kalaupun mau dijadikan ide cerita sebuah sinetron saya menuntut harga yang setimpal. Bagaimanapun cerita ini adalah curahan hati saya yang sudah tercarut-marut seperti bekas dipatut berkali-kali meninggalkan bekas luka dengan lubang disana-sini. Pedih.

Runtutan peristiwa berikutnya yang saya ingat adalah saya tetinggal 5 cm langkah dibelakang teman saya. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa begitu percaya diri memperkenalkan dirinya, kemudian berbincang dengannya, sedikit menggodanya, meminta di follow back, dan ujung-ujungnya mereka bertukar nomor Hp. Pedih.

Backsound: Gugur Bunga Yovie Nuno – Galau

Semenjak itu saya jadi lebih banyak meluangkan waktu untuk mencoba bunuh diri duduk di depan laptop. Menuliskan segala apa saja isi yang ada di dalam kepala saya. Untuk ukuran kepala normal, saya rasa kepala saya sudah kelebihan muatan. Dan untuk pertama kalinya saya merindukan kekosongan dan kelegaan ruangan dalam kepala saya. Saya tidak lagi merisaukan soal Matt Damon hal-hal itu sekarang. Bukan salah siapa-siapa kalau Matt Damon dia lebih memilih untuk akrab dengan teman saya. Memang saya saja yang terlalu pasif dan tidak punya inisiatif. Tapi tetap saja, saya tetap akan menganggap hal itu sebagai kodrat yang telah digariskan Tuhan untuk saya jalani. Lagipula kalau tidak begini, saya mana punya cerita untuk dibagikan kepada kalian? :)

Backsound: Homogenic – Get Up and Go!

No comments:

Post a Comment